Tips Ibu Cerdas

Tak Perlu Merasa Bersalah Ketika Kembali Bekerja

Seorang ibu bekerja di luar rumah bisa saja karena kebutuhan uang, pencapaian karier, atau keduanya. Sayangnya, menjalankannya tak semudah teori di atas kertas. Bayangkan saja, ada banyak harapan yang ditumpukan pada ibu bekerja. Selain tetap mengasuh dan merawat anak, ibu juga harus tahan banting terhadap komentar tak bersahabat dari rekan kerja maupun teguran atasan. Ibu juga harus siap menghadapi komentar pahit semacam, “Kok, bisa-bisanya kamu memercayakan anak kepada orang lain?”

Padahal sebenarnya bekerja atau tidak bekerja di luar rumah tetap memungkinkan bagi Ibu untuk sama-sama mencintai karier sekaligus buah hatinya, kan? Lagipula ada banyak cara untuk membuktikan ibu benar-benar mencintai Si Kecil.

Anak Lebih Mandiri
Menurut para pakar, jumlah waktu yang ibu habiskan bersama dengan Si Kecil bukan hal terpenting. Melainkan kualitas interaksi ibu dengan Si Buah Hati yang menjadi faktor penentu. Riset National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) juga membuktikan Si Kecil tetap dapat mencapai banyak hal sekalipun kedua orangtuanya bekerja. Malah, anak yang ditinggal bekerja justru menunjukkan kemandirian dan rasa percaya diri yang tinggi. Si Kecil juga menunjukkan relasi yang kuat secara berimbang dengan ayah-ibu, bukan hanya kepada salah satu.

Dilema Daycare
Khawatir ketika menitipkan anak di TPA (Tempat Penitipan Anak) atau daycare? Pada tahun 2006, penelitian NICHD menyimpulkan bahwa anak-anak yang 100 persen mendapat pengasuhan ibunya ternyata secara rata-rata tidak lebih baik dibandingkan dengan anak yang menghabiskan waktu di TPA selama ibu bekerja. Artinya, tak ada alasan bagi ibu untuk merasa telah menelantarkan Si Kecil bila memutuskan bekerja.
Faktanya, anak yang dititipkan di TPA (tentu saja TPA yang memenuhi kualifikasi) terbukti memiliki kemampuan kognitif, kemampuan sosialisasi, dan berbahasa yang lebih tinggi dibanding anak lain seusianya. Nah, daripada mengkhawatirkan dampak daycare, lebih baik Anda fokus menemukan daycare  berkualitas terbaik yang mampu memberi pengasuhan dan perawatan sebaik yang mampu orangtua berikan pada Si Kecil.
Jika memang anak memperlihatkan gangguan perilaku, tentu bukan sepenuhnya gara-gara TPA. Pasti ada aspek lain yang mesti ditelusuri. Untuk mengatasinya, orangtua harus intens menjalin kerjasama dengan guru. Contohnya, dengan menetapkan batas-batas yang tepat sesuai kondisi anak, memberikan reward bila anak menunjukkan perilaku baik sekaligus meluruskan perilakunya yang salah.

Ibu Harus Bahagia
Hal lain yang harus diperhatikan juga adalah kebahagiaan Ibu. Ketika ibu bekerja merasa bahagia dengan kariernya, sesungguhnya Anda memberi kontribusi terhadap relasi ibu-anak. Sebaliknya, jika Anda begitu cemas bekerja purna waktu di luar rumah akan berdampak buruk pada tumbuh kembang anak.
Jadi pada dasarnya, jika Anda mengikuti kata hati dan meyakini apa yang Anda berikan pada Si Kecil adalah yang terbaik, maka Anda pun akan menjadi orangtua yang jauh lebih happy dan anak pun merasakan hal yang sama.

Photo : Nova

Kategori:
Tips Ibu Cerdas

SHARE